Kritik yang disampaikan dari mural itu, katanya, bisa menjadi bahan introspeksi dalam tubuh Polri agar bekerja lebih baik sebagaimana harapan masyarakat. Listyo juga ingin publik bisa memberi gambaran soal persepsi masyarakat berkenaan dengan lembaganya.
Pemenang lomba mural tersebut adalah La Ode Umar. Listyo menganggap apa yang digambar oleh La Ode merupakan apresiasi dan harapan masyarakat untuk perbaikan Polri ke depan.
Karya La Ode, ujar Listyo, dipilih berdasarkan penilaian dewan juri yang kompeten dan independen.
Karya La Ode Umar, pemenang lomba mural Polri yang memberikan kritik pedasnya. (CNN Indonesia/Ryan)
|
La Ode membuat mural yang berisi kritik terkait kinerja Polri belakangan ini, yang diberitakan negatif.
“Jadi, ini, kan, gambarnya tentang berita yang belakangan sedang dipandang negatif oleh masyarakat, entah itu dari sikap yang anarkis gitu-gitu kan,” tutur La Ode. Dari sana-lah ia menggambarkan situasi penegak hukum.
Hasil lukisannya, menyuguhkan pandangan publik soal kinerja Polri. Di mata La Ode, banyak anggota Polri yang bersikap buruk sehingga mencoreng nama instansi itu secara keseluruhan.
“Tapi itu oknum-oknum tertentu yang menyalahgunakan pangkat atau atribut mereka sebagai penegak hukum, sehingga mereka bisa sewenang-wenang terhadap masyarakat,” lanjut pemenang lomba mural itu.
Bhayangkara Mural Festival 2021 memperebutkan Piala Kapolri dan sejumlah kejuaraan. Juara 1 disebut akan mendapat Rp50 juta, juara 2 sebanyak Rp20 juta, untuk Juara 3 mengantongi Rp20 juta.
Bhayangkara Mural Festival 2021, mengambil tema ‘Peran Generasi Muda untuk Berkreasi dalam Menyampaikan Informasi yang Positif di Masa Pandemi Covid-19’.
Kompetisi itu diikuti oleh 803 karya. Tak hanya di Jakarta, perlombaan tersebut juga digelar di Polda Jawa Timur, yang diwarnai dengan mural ‘Percuma Lapor Polisi.’
sumber : CNN Indonesia