Fakta baru terkait tragedi pemenggalan seorang guru sejarah di Prancis usai menunjukkan karikatur Nabi Muhammad di kelasnya, tahun lalu akhirnya terungkap. Pemenggalan itu secara tak langsung dipicu oleh kesaksian bohong yang disampaikan siswi berusia 13 tahun, yang diskorsing sekolahnya karena membolos. Dia sengaja mengarang cerita agar sang ayah tidak marah kepadanya.
Seperti dilansir media Inggris, The Guardian, Selasa (9/3/2021), di hadapan hakim anti-teroris, siswi berinisial Z itu mengaku telah mengarang cerita — setelah mendengar cerita teman-temannya — dengan menyatakan guru sejarahnya, Samuel Paty (47), telah menginstruksikan siswa-siswa Muslim untuk meninggalkan ruang kelas agar dia bisa menunjukkan ‘foto Nabi telanjang’ kepada siswa lainnya.
Hanya sekitar 10 hari kemudian, Paty tewas dipenggal oleh seorang teroris bernama Abdullakh Anzorov, yang akhirnya tewas di tangan polisi. Insiden itu menghancurkan keluarga Paty dan membuat publik Prancis trauma.
Sebuah media terkemuka Prancis, Le Parisien, pada Minggu (7/3) waktu setempat mengungkapkan secara detail kebohongan siswa itu. Ia mengaku tidak berada di dalam kelas saat Paty menunjukkan karikatur kontroversial Nabi Muhammad dari surat kabar satire Prancis, Charlie Hebdo, kepada siswanya.
Kebohongan itu dilakukan pada 6 Oktober 2020, Paty yang seorang guru sejarah dan geografi ini membahas soal tema ‘dilema’ dalam salah satu kelasnya. Dia melontarkan pertanyaan yang berbunyi “Menjadi atau tidak menjadi Charlie?” yang merujuk pada tagar #JeSuisCharlie yang banyak digunakan untuk mendukung surat kabar satire Charlie Hebdo usai kantornya diserang teroris pada Januari 2015 yang menewaskan 12 orang.
Paty disebut telah meminta siswa-siswa Muslim di dalam kelasnya yang dianggap akan terkejut untuk menutup mata mereka atau berdiri sebentar di koridor saat dia menunjukkan karikatur itu kepada siswa lainnya.
Dua hari kemudian, sang siswi berinisial Z itu memberitahu ayahnya bahwa Paty meminta siswa Muslim untuk meninggalkan ruang kelas sebelum dia menunjukkan karikatur Nabi Muhammad. Siswi itu menyebut dirinya telah menyatakan tidak setuju dengan Paty dan Paty malah menskorsing dirinya selama dua hari.
Mendengar penjelasan putrinya, ayah siswi itu, Brahim Chnina (48) yang kelahiran Maroko, merekam sebuah video dan membagikannya di Facebook di mana dia mengecam Paty dan menyerukan agar sang guru dipecat dari tempatnya mengajar di sekolah menengah Conflans-Sainte-Honorine. Satu video lainnya yang diposting ke media sosial oleh Chnina berisi kemarahan Chnina yang menuduh Paty melakukan ‘diskriminasi’.
Diketahui sang siswi berbohong untuk menyenangkan sang ayah.
“Dia tidak berani mengakui kepada ayahnya soal alasan sebenarnya dia dikeluarkan (dari kelas) sesaat sebelum tragedi, yang pada faktanya terkait dengan perilakunya yang buruk,” demikian sebut Le Parisien dalam laporannya.